Rabu, 26 Agustus 2015

Jalan Negara Diblokir Warga Semangus Musirawas, Pelintas Sengsara, Aparat Kemana?

Tidak seperti biasanya, malam ini, Sopir kendaraan travel terlihat tegang, memasang muka serius, terlihat jelas garis-garis keningnya. "Wah, belum tau nih Kita lewat jalur mana" ujar Sang Sopir sambari menjelaskan bahwa telah terjadi penutupan sepihak jalan lintas Palembang-Sekayu-Lubuklinggau mulai Selasa pagi (25/8). "Kalau memang belum dibuka, terpaksa dengan berat hati, kita melintas jalur Lahat, atau melalui jalan perusahaan sawit" ujarnya lagi.

Penutupan jalan lintas Palembang-Sekayu-Lubuklinggau sudah beberapa kali terjadi. Tapi, yang dilakukan oleh warga desa Semangus, Musirawas kali ini, merupakan kejadian dengan durasi terlama, entah mengapa seolah-olah para aparat kepolisian seperti tidak berdaya menghadapi aksi warga tersebut.

Sudah dari pagi hari jalan negara tersebut dipalang warga. Tak pelak kendaraan mengular hingga ratusan meter, tak sedikit juga kendaraan yang memutar arah. Terlihat jelas dari beberapa photo yang beredar didunia maya, warga menghadang jalan dengan kayu besar, serta aksi pembakaran ban. Arus lalu lintas lumpuh total.

Dari berita yang beredar, aksi warga Desa Semangus, Kecamatan Muaralakitan terjadi karena masalah lahan dengan perusahaan swasta PT. London Sumatera (Lonsum). Aksi yang dimulai pukul 10.00 WIB ini masih berlangsung sampai tengah malam.

"Sepertinya kita lewat jalan darurat saja" sang sopir kembali berujar "kalau lewat lahat, terlalu jauh. Insya Allah, saya masih ingat jalannya". Kendaraan tipe Engkal yang ditumpangi, melesat melintasi gelapnya malam, menuju jalan yang dimaksud, jalan kebun sawit, jalan tanah, koral, dan berdebu.

Setelah dua jam perjalanan dari Lubuklinggau, tiba kelokasi persimpangan jalan alternatif yang tadi diceritakan oleh Sopir. terlihat beberapa polisi berjaga dipersimpangan. Kendaraan ditumpangi menepi, beberapa Polisi menghampiri, kemudian menjelaskan bahwa tidak bisa melewati jalan lintas karena diblokir warga. "Lewat jalan sini saja Pak" Ujar Sang Polisi sambari menunjukan jalan pintas. "Aman Pak lewat sini" ujar seorang penumpang yang duduk disamping sopir menimpali. Tak disangka jawaban mengejutkan dari Pak Polisi "Biasanya sih aman". sepertinya Polisi tersebut melontarkan jawaban yang kurang meyakinkan.Upss...

Ternyata terjawab sudah keraguan dari Polisi tersebut, saat melintasi jalan berdebu, tanah merah, beberapa bagian berbatu. Terbayang sendiri kalau saat melintas, hari tiba-tiba hujan. Sudah pasti mobil akan berjalan zig-zag , bahkan terbenam lumpur. Kondisi jalan yang dilintasi banyak persimpangan, dan hebatnya lagi semua jalan sama, kalau tidak berhati-hati sudah pasti salah jalan, tersesat. Bersyukurlah cuaca saat itu bersahabat , sehingga kondisi tidak diinginkan tidak terjadi.

Melintasi jalan seperti itu, tentu banyak rintangan. Banyak warga yang mencoba mengambil keuntungan dengan memungut bayaran saat melintas. Setidaknya ada empat titik pos dadakan penagi retribusi pribadi. tempat pertama keluar uang Sepuluh Ribu, kedua lumayan besar yang diminta, yaitu Rp. 100 Ribu, saat si sopir meminta alasan kenapa diminta mahal, beberapa penjaga mengatakan bahwa kendaraan ini besar, tidak ada kunci untuk membuka pintu portal. "Kunci portal dipegang manajer" ujar salah satu penjaga, setelah berdiskusi dan si Sopir mengatakan bahwa dia tidak punya uang. akhirnya, kendaraan bisa melintas. ternyata, hanya akal-akalan beberapa penjaga untuk meminta uang lebih, sehingga berani mengatakan kunci dipegang manajer. dengan membayar Rp. 25 ribu kendaraan bisa lewat tanpa harus menghubungi sang manajer. "Mana ada manajer pegang kunci portal jalan" ujar salah seorang penumpang.

Melintas ketempat ketiga bayar Rp. 10 ribu, untuk tempat ketiga ini, sepertinya hanya warga biasa, bukan penjaga kebun, karena tidak ada Pos pejagaanya. Kendaraan juga dikawal untuk keluar, tanpa harus berjalan meraba-raba tanpa arah. Pos ke empat, pos terakhir terlihat beberapa Polisi berpakaian preman yang coba mendekat ke kendaraan, kemudian bertanya. "tadi lewat di pos kedua gimana, ada yang minta uang yah?, sang sopir menjawab "Ia Pak, tadi minta uang seratus ribu, alasan kunci portal di manajer","tapi kami kasih Rp. 25 Ribu" ujar sang Sopir meneruskan. Terlihat polisi tersebut marah, "waduh-waduh, memang bernar berarti" ujar sang polisi sambil berlalu. sepertinya sudah ada yang melapor ke beberapa polisi tersebut, ia bertanya hanya untuk mendapatkan informasi yang benar-benar meyakinkan. di Pos empat ini walau ada beberapa polisi, tapi warga masih minta iuran, dengan alasan, sebagai upah menunggu pos jaga.

Setelah pertualangan malam selama dua jam dilalui, kembali melintas jalan normal, sungguh melelahkan. Pihak aparat harusnya bisa bergerak cepat untuk mengatasi penghadangan jalan oleh warga, perlu penangan yang baik. Kejadian seperti ini memang merugikan semua pihak, terutama para pelintas jalan negara tersebut. harapan kedepanya tidak terjadi lagi pemblokiran-pemblokiran lainya.

Photo by Sripoku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar