Senin, 14 Maret 2016

SARANG PENYAMUN, KISAH TRAUMATIS KE KANTOR ASURANSI

"Misalnye kau mukak asuransi, lalu ughang berubat, lalu digenti, nah pas masa kontrak abis, ape galak Kau tekor? Ape galak Kau malekke tanpa ngitung sise tepakai?"

Sepenggal pembicaraan diatas, sedikit gambaran ketika saya mengunjungi kantor ansuransi yang berada di, sebut saja kota "X", nama asuransinya? ahh, jangan tahu yah, bahaya. Sebut saja ansuransi tahun 1950an, kira-kira begitu.

Lho, kok pakai bahasa daerah. Mungkin itu yang ada dibenak anda. Pakai bahasa kasar lagi, ada kau-kau nya. Iya, seperti itulah percakapan itu berlangsung, dan parahnya lagi yang bicara kepala cabangnya. Lho, kok kepala cabang? Iya sebab si lawan bicara ini ada ruangan khusus, serta sepertinya paling dihormati di kantor cabang ansuransi tersebut.

Bisa ngobrol seperti itu kenapa? Mungkin anda bertanya kok bisa muncul obrolan penawaran ansuransi seperti itu. Begini, akhir maret 2016, Mertua saya berakhir kerjasama ansuransi nya, tanggal akhir masa kontrak. Nah, saya diminta tolong untuk nanyain cara klaim, serta syarat klaim kontraknya seperti apa? Hari itu, awal Maret, saya coba membantu dengan mendatangi kantor cabang ansuransi yang dimaksud. Jarak nya lumayan jauh dari kediaman saya.

Setelah mencari-cari dimana letak kantornya, akhirnya ketemu juga dengan ansuransi, apa tadi namanya diawal? Pura-pura lupa. Iya, ansuransi yang namanya ada tahunnya, betul, itulah.
Tiba dikantor ansuransi tersebut, dengan keringat bercucuran, rasa haus menyerang, tenggorokan sedikit kering, maklum cuaca sedang terik, ketempat itu naik motor, jauh juga.

Saya masuk kantor nya, dengan nada lembut, menyapa petugas yang berada didepan, mulai lah pembicaraan mengenai tata cara mencairkan ansuransi yang sudah mau habis masa kontraknya, sambil memperlihatkan polis, saya bermaksud sedikit menjelaskan bahwa ansuransi atas nama sang mertua tersebut akan berakhir masa kontraktnya, sang petugas menjawab, bahwa petengahan bulan sudah bisa diajukan untuk pencairan. Saat asik ngobrol itulah, ibu-ibu disamping saya mulai tanya-tanya. Mulai masukan jurus rekrut nih, maklum menurut ibu itu saya potensial.

Setelah si ibu-ibu bertanya panjang lebar, mulai dari tempat kerja sampai RT tempat tinggal, beberapa kali Si Ibu mengggerutu, tampaknya menyesalkan, kenapa petugas yang di zona tempat saya tinggal tidak mampu merekrut, beberapa kali ibu ini meminta ke petugas lain untuk memprintkan ilustrasi beberapa program ansuransi. Namun, saya tidak bergeming, karena jelas bahwa saya sudah ikut ditempat lain, karena bujuk rayunya tidak berhasil, si ibu mulai mengarahkan saya ke atasan nya, si kepala cabang.

Menggelitik lagi, beberapa kali si ibu mengajak saya berbicara bahasa jawa, mungkin dikira saya orang sana. Namun, terlihat sedikit kesal diwajahnya, karena saya setiap kali merespon dengan kata "hem", "iya", sesekali " owhh..". Ketika saya coba menjelaskan bahwa belum berminat ikut, si ibu tampak semakim semangat untuk menjelaskan program unggulan nya.

Yah sudah, dalam hati saya berkata, alamat lama ini. Dan, ternyata benar, si ibu mulai mengarahkan ke si pembujuk yang level nya tinggi. Masuk keruangan si kepala cabang, disuruh duduk di sofa, mulailah pembicaraan seru, hangat, dan sedikit dibumbuhi pemaksaan. Si kacab mulai menjelaskan beberapa program ansuransi yang menurut dia paling unggul dari semua ansuransi di Indonesia ini. Yah, jelas lha, mana ada seorang sales yang menjelek-jelekan barang dagangan nya sendiri, ya gak?

Dari awalnya berbahasa Indonesia yang lembut, si kacab mulai sedikit berbahasa daerah, karena beliau tanya sebelumnya saya berasal dari mana. Dan, akhirnya bahasa daerah seperti percakapan di paragraf awal lah yang keluar. Mungkin Si kacab lagi lapar, sebab di mejah beliau ada sepiring nasi lengkap lauk pauk yanh sudah siap disantap, maklum waktu itu jam sudah menunjukan pukul 03 sore.

Setelah beberapa kali mengeluarkan jurus keunggulan ansuransi nya, jurus bujuk rayu, sampai jurus peng-analogian, terakhir Si Kacab mengeluarkan jurusan jebakan tikus, atau kalau saya menyebutnya jurusan tipu-tipu. Lho kok bisa? Begini ceritanya, Pertama sang kacab minta KTP saya, sambil memintahkan si ibu untuk mengambil formulir, alasanya untuk mendata calon konsumem. Tapi, setelah saya lihat ternyata formulir usulan apa gitu, okey saya diam saja, menuruti apa yang diharapkan sang Kacab. Beberapa kali dia sepertinya ingin meyakinkan saya bahwa hanya ingin mendata, ya walau begitu saya sudah menduga bahwa akhirnya si kacab akan meminta tanda tangan.

Karuan saja, setelah beberapa data diisi, yang istimewa nya lagi, si kacab sendiri yang mengisinya, wow nafsu sekali.hehe, ternyata benar tebakan saya, akhirnya dia minta tanda tangan, alamat benar, strategi tipu-tipu telah dilakoni, sebab siapa yang bisa menjamin ketika saya sudah tands tangan polis tidak dikirim kerumah, siapa yang bisa menjamin begitu awal bulan ada tagihan kerumah. Untunglah, saat terakhir saya keluarkan juga jurus mengelak, "nanti boss" ucap saya waktu itu. Dan alhirnya selamat.

Pengalaman sangat berharga namun traumatis, karena setiap kali melintasi kantor tersebut, senyum-senyum sendiri karena selalu teringat kejadian tersebut. Kok, ada yah, ansuransi gaya preman seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar